(Madaniyyah, kecuali dua ayat terakhir yaitu
termasuk ayat Makiyyah, ayatnya 129, diturunkan setelah Surah al-Maidah)[1]
Dalam Tafsir
Ibnu Katsir disebutkan bahwa, Surah yang mulia ini termasuk di antara
surah-surah yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah ﷺ, sebagaimana yang dikatakan oleh
al-Bukhari.
Adapun tidak
adanya basmalah di awalnya, karena para sahabat tidak menulis basmalah
di awalnya pada mushaf besar. Mereka mengikuti apa yang dilakukan oleh
Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam
at-Tirmidzi, Aku diberitahu oleh Ibnu ‘Abbas, di mana ia berkata, Aku berkata
kepada ‘Utsman bin ’Affan: “Apa yang menjadikanmu menyandingkan surah al-Anfal
yang merupakan surah al-Matsani dengan surah Baraah yang merupakan surah
al-Miin dan kamu tidak menulis Basmalah antara keduanya, sementara kamu
menerangkan pada tujuh surat panjang. Apa yang menyebabkan kamu melakukan hal
itu? Utsman menjawab: Karena ketika itu, pada masa penurunan surah-surah kepada
Rasulullah ﷺ manakala turun kepadanya suatu
ayat, beliau memanggil penulis wahyu dan berkata, Letakkanlah ayat ini pada
surah yang di dalamnya terdapat ayat ini dan ini. Al-Anfal termasuk surah yang
pertama diturunkan di Madinah dan Baraah termasuk surah dari al-Quran yang
terakhir diturunkan.
Alur cerita
surah Baraah menyerupai alur cerita surah al-Anfal. Aku khawatir kalau Baraah
adalah bagian dari al-Anfal, sementara pada saat itu Rasulullah ﷺ meninggal, beliau belum menjelaskan
bahwa ia bagian dari al-Anfal. Oleh karena itu, aku meletakkannya secara
berdampingan dan tidak menulis basmalah di antara keduanya dan aku
meletakkannya di deretan tujuh surah panjang.[2]
Dalam Tafsir
Jalalain disebutkan bahwa, Pada permulaan surah at-Taubah tidak dituliskan
Basmalah (Lafaz Bismillahirrahmanirrahim) karena hal demikian itu tidak
diperintahkan oleh Nabi Muhammad ﷺ , sebagaimana terdapat suatu hadis Riwayat al-Hakim, diriwayatkan secara
makna, Dari ‘Ali, “Sesunggunya basmalah adalah mengandung makna keamanan dan
kedamaian. Sedangkan surah
ini diturunkan untuk menegakkan keamanan dengan pedang (berperang)”.
Dari Hudzaifah, “Sesunggunya surah at-Taubah dinamakan juga sebagai surah al-Azab” (HR. Bukhari dari al-Barra’ bahwasanya surah at-Taubah termasuk surah yang
terakhir diturunkan).[3]
Dalam Tafsir
Shafwatut Tafasir juga disebutkan bahwa, sebagaimana diriwayatakan dari
Hudzaifah bin Yaman, sesunggunya dia berkata, “Ssesunggunya surah at-Taubah
dinamakan juga sebagai surah al-Azab, dan Allah tidak meninggalkan seseorang
dari orang-orang munafik kecuali mereka telah mendapat (balasan) daripadanya,
dan inilah rahasia kenapa tidak adanya lafal Basmalah pada surah
at-Taubah. Ibnu ‘Abbas berkata, Saya bertanya kepada Ali bin Abi Thalib, kenapa
tidak dituliskan pada surah Baraah (lafal Basmalah) ? dia
menjawab, karena Basmalah mengandung makna keamanan dan kedamaian, dan
surah Baraah diturunkan dengan pedang, yang tidak ada mengandung keamanan
di dalamnya. Sufyan bin ‘Uyainah berkata, Sesunggunya tidak dituliskan Basmalah
saat disampaikan surah ini adalah karena surah ini dinamakan juga dengan
Rahmat, dan rahmat mengandung makna keamanan, dan surah ini diturunkan kepada
orang-orang munafik dengan pedang dan tidak ada keamanan bagi orang-orang
menafik.[4]

Komentar
Posting Komentar